Delikcom.com, SINTANG – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Turseno SPd (32) dia setiap hari meluangkan waktunya sebagai guru ngaji di Dusun Sungai Labi Desa Mertiguna kecamatan Sintang Kabupaten Sintang.
Ustadz Seno panggilan akrapnya pria 5 bersaudara dari pasangan Nasum dan Catem ini tinggal seorang diri di rumah kecil ditengah ladang tak melemahkan dirinya untuk hidup,hujan ,panas tak menjadi halangan untuk ia tetap berada dirumah kecil itu.
Hanya Bermodalkan seng bekas juga bilah bambu seadanya menjadikan bangunan rumah itu berdiri mewah di hadapannya, usianya sudah 32 tahun setiap hari Ustadz Seno,selalu aktif kesehariannya untuk menyambung hidup dengan berkebun dan menoreh karet,turun dengan membawa aret modal utama untuk dia berkebun dan menoreh karet.
Tidak tahu seberapa banyak penghasilan yang didapatkan atau bisa saja tidak ada sama sekali,tak ada kata lain yang membuat Seno bertahan sampai saat ini ialah rasa syukur.
Setiap sore sampai habis magrib merupakan aktivitas kedua Ustadz Turseno yaitu mengajar ngaji, di Mushola Nur Hidayah anak-anak pun kian gembira bahkan selalu menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu , tak lepas yang diharapkan ialah keberhasilan murid-muridnya di masa yang akan datang tak ada kata mustahil bila Allah berkehendak tak ada yang menambahkan nikmat selain dengan rasa syukur tak ada yang bisa mengalahkan keyakinan kalau kita sudah yakin tak ada balasan kebaikan selain kebaikan dari semua kebaikan dan keikhlasan Ustadz ada hadiah yang menanti.
Yustandi salah satu warga Sintang yang peduli akan keberadaan Turseno dengan menyambangi dan berbagi kasih denganya.pada Minggu,(9/8) pagi tampak Yustandi ,Yanti dan beberapa rekan lainya didampingi Ketua RT setempat Achmadin menyempatkan diri makan dan minum bareng digubuk kecil dibelakang tempat tinggal Seno.
“Kami ingin berikan perhatian alakadarnya,hal hal seperti ini bakal menjadi besar jika kita melakukannya dan memberikan perhatian secara berjamaah , sebab itu kita mengajak diri sendiri dan mengajak orang lain agar lebih sensitif lagi rasa kepedulian terhadap orang orang yang seperti ini ,yang kurang beruntung tetapi memiliki kemampuan ,memiliki kepedulian yang luar biasa ,jarang jarang ada orang yang mengorbankan dirinya demi anak-anak ,”ucapnya.
Dengan berbekal Izasah SI bisa saja dia hidup dikota tempat yang lebih layak,ada fasilitas yang lengkap listrik maupun air tetapi kata Yustandi yang juga tenaga kesehatan RSUD Ade.M.Djoen Sintang tersebut ,Seno lebih memilih tinggal digubuk yang kurang layak huni.semata mata karena peduli terhadap pendidikan agama generasi penerus bangsa.
Menurut Yustandi seharusnya Kementerian Agama peduli dengan sosok Seno tersebut, sehingga secara khusus dapat memberikan perhatian terhadap guru-guru ngaji.
“Sebetulnya guru ngaji bukan beliau saja di daerah-daerah lain yang terpencil, guru ngaji menyampaikan ilmu agama itu secara suka rela,dan iklas membagikan ilmunya jika berharap dengan orang tua yang mengajarkan ngaji anaknya rata rata para orang tua tidak memiliki ilmu yang lebih ,”Ujarnya.
Dia berharap kepada pemerintah setempat dapat memberikan perhatian khusus terhadap orang orang yang sudah bekerja nyata dan terbukti memberikan tenaga, pikiran dan waktunya untuk mencerdaskan anak bangsa dan bukan hanya guru ngaji saja tetapi juga di agama lain juga ada semacam missioner – missioner yang hidupnya juga mengabdi untuk membina umatnya menurut dia perlu juga diberi perhatian yang lebih ,hal kecil tersebut yang terkadang tidak tampak.
Ketua RT.010/RW.001 Dusun Sungai Lagi Achmadin mengatakan pihaknya mendapat wakaf tanah tepat disisi sebelah kiri Mushola Nur Hidayah, nantinya direncanakan bakal dibangun tempat tinggal Ustadz Turseno.
“Alhamdulillah kita dapat wakaf tanah ,kami rencanakan untuk dibangun rumah tinggal ustadz Seno,hanya saja kami masih butuh material untuk penunjang pembangunan tempat tinggal pak Seno sekaligus pengurus Mushola Nur Hidayah.
Ustadz Turseno mengaku ngajar ngaji tersebut suatu panggilan hati ,dirinya mengajar ngaji bukan hanya ditempat tersebut saja tetapi sudah dari tahun 2006 silam dari satu tempat pindah ketempat lainya,dan saat ini dirinya juga mengajar di SMP IT.
“Ngajar ngaji ini suatu panggilan hati,dan saya tidak berharap gaji jika pun ada orang tua yang menyisihkan rezekinya buat saya ,tetap saya serahkan ke surau untuk kemakmuran surau,” ucapnya tulus.
Dia memberikan sedikit gambaran jika sebenarnya masalah itu timbul karena orang kurang bersyukur,yang pada akhirnya timbul suatu masalah.
“Sebenarnya masalah itu timbul karena kita kurang bersyukur, karena kita kurang bersyukur maka timbullah suatu masalah ,ada yang mengatakan kaya itu menjamin kebahagiaan, tetapi menurut saya itu tidak,biar kita tidak punya apa apa tetapi kita bersyukur insya allah kita akan bahagia, terimakasih atas perhatian rekan semua insya allah saya akan tetap amanah,” pungkasnya.
Kesempatan itu Yustandi dan Yanti menyisihkan rezekinya yang berupa Kasur,bedcover dan beberapa bantuan lainya. (sus)